Jadi waktu itu adalah awal bulan Oktober, tepatnya tanggal 6. Gua direncanakan untuk pergi ke rumah mbah atau lebih sering disebut nenek yang tempatnya di provinsi Purworejo,Jateng.
Untuk apa? -->Untuk jemput mbah gue.
Kenapa dijemput? -->Menghadirkan beliau di acara Akad Nikah Kakak perempuan gue.
Kenapa nikah? -->ngomong lo ama tembok Hahaha #littleJokes
Jadilah gue berangkat pada tanggal 6 Oktober 2014 hari senin jam 8 malam. Naik bus malam dari salah satu pool di Pondok Ungu,Bekasi.
Perjalanan lancar-lancar aja, cuma bus yang gak lewat Pantura tapi malah Via Bandung. Pantura ada perbaikan waktu itu katanya. Jadi agak jauh aja jarak tempuhnya.
Cuma ada beberapa kejadian yang agak absurd aja sesampainya gua di Kutoarjo,Jateng. Dan beberapa hal aneh lain.
Lebih lengkapnya ada di pos selanjutnya ya. Lanjut terus dulu..
ANEH#1
Pagi itu sekitar pukul delapan bus yang gue tumpangi mengesampingkan badan nya untuk parkir di salah satu pangkalan. Semacam rumah makan gitu lah. Supir memilih untuk istirahat sejenak.
Setelah turun dari bus dan terbebas jerat dari seorang germo. Gue menuju ke pool salah satu bus untuk memesan tiket pulang ke Bekasi sebanyak tiga tiket. Gue dan kedua mbah gue. Gue membeli dengan menggunakan Bahasa Nasional Indonesia. Tampaknya si penjaga tiket , seorang pria yang sudah berambut putih itu paham dan tidak hanya paham bahasa dan logat jawa. Selesai membeli tiket gue menyeberang jalan untuk menunggu angkutan umum menuju desa somorejo, rumah mbah gue. Namanya KOPADA (Koperasi Angkutan Daerah). Warna nya kuning. Tapi yang muncul kebanyakan warna oren.
"Padahal sedikit lagi sampe" pikir gue.
Tapi gue memutuskan untuk ke toilet, menyeruput kopi hangat di pagi hari dan merokok. Selesai dari toilet gue memesan secangkir kopi, duduk dibangku dengan meja didepan nya dan membakar satu batang rokok. Gue menikmati nya sekaligus meregangkan otot-otot yang berjuang duduk semalaman. Lumayan buat istirahat.
Kurang lebih 15 menit gue duduk santai. Datang dari depan pintu rumah makan seorang berbadan besar, berambut pirang sepanjang bahu, dan mengenakan baju pantai ala bali berkolaborasi warna putih dan hijau. Tapi gak tau kenapa tuh orang duduk di meja yang sama dengan gue dan memesan kopi yang sama. Semakin dekat, malah semakin bingung gue. Bingung 'ini orang laki-laki atau perempuan?' badan gede gemuk kekar, tapi perangai nya kayak SPG rokok.
"Mau kemana?" Tanya orang besar itu dingin.
"Ke purworejo ...." Gue berhenti setelah kata pertama karena bingung melanjutkan. Biasanya gue menjawab 'ke purworejo mas, ke purworejo mbak, purworejo pak, atau bu'. Jadi gue hanya menjawab sebatas itu.
"Disana kerja apa gimana?" Tanya tuh orang
"Engga masih kuliah, ini cuma mau jemput mbah aja ke Bekasi".
Terus gue sok asik aja nanya-nanya dia "situ mau kemana?"
"Mau ke jogja, tadinya dari batam terus sekarang mau ke jogja abis itu ke bali". Jawab tuh orang detail.
Lalu dia malah menyerobot banyak bicara "Di bali juga banyak orang-orang jawa"
"Pada ngapain? Sekedar liburan apa gimana?". Gue sedikit penasaran.
Lalu dengan menutup samping mulut sebelah kanan nya dan berbisik dia menjawab "Pada dijadiin 'G' sama orang bule"
Gigolo, pikir gue setangah yakin. Karena sebelumnya gue denger dia nyebut Batam, Jogja, Bali. Terkenal reputasi seperti itu disana. Gue sering denger ceritanya.
Mendengar cerita nya gue jadi sedikit memahami pribadi dan kerjaan nih orang. Ya menerka-nerka aja. Gue pikir dia ini germo gigolo. Geli gue memikirkan nya.
"Ada juga disana anak-anak sekolah kerja jadi 'G' di Bali, kerja nya cuma sabtu/minggu, terus di kasih motor sama bule" lanjut dia menjelaskan.
Dan gue merasa terancam, pembicaraan ini kalo dilanjutin bakal menjurus ke arah pengajakan. Pikir gue. Jadi gue memutuskan untuk menyudahi nya. Gue hirup kopi terakhir dan mematikan rokok lalu basa-basi pamit untuk segera ke bus.
Sampai di bus, sang kondektur menginstruksikan ke gue untuk pindah ke bus sebelah karena bus tersebut mau di servis. Sialan! Hati gue memaki. Dijalan menuju ke bus sebelah hati gue bergulat dengan pikiran yang tak gue harapkan. Naiklah gue ke atas bus dan terjadilah apa yang tidak diharapkan. melihat sang germo ada dibangku paling depan. Gue langsung buru-buru menuju kebelakang dan duduk dibangku yang ramai penumpang. Buat antisipasi aja.
Diperjalanan si germo sialan itu kadang kala menegok ke belakang, ke arah gue. Sontak gue langsung buang muka. Sering sekali dia melakukan hal tersebut. Membuat gue makin geli dan jijik.
Hampir sampai di tempat tujuan gue menunjukan tempat gue untuk turun ke kondektur dan melewati germo itu saat menuruni bus. Dari seberang kaca bus germo tadi menatap gue dengan tatapan homo. Geli. "Kampret lu germo". Gue berteriak keras dalam hati
Tapi gue udah turun. Aman. Meski pun dia tidak mengaku sebagai germo tapi gue tetep geli dan bersikeras berkata "ELU GERMO!!"
Lalu melepaskan napas panjang karena tenang dan melamun.
"Hampir aja gue jadi gigolo Bali simpenan orang bule" pikir gue sedikit lebih tenang.
ANEH#2
Gue baru duduk, ngambil smartfone di saku celana dan buka sosial media buat update status. Ya sekedar ngabarin orang Bekasi aja kalo gue udah sampe. Tapi kegiatan itu membuat gue ketinggalan kopada kuning itu. Gue pikir "ah, cuma kelewat satu" gak tau nya satu itu lah kopada yang harusnya gue tumpangi. Karena setelah kelewat satu kopada tadi dan udah nunggu sekitar setengah jam kopada selanjutnya belum dateng. Akhirnya gue fokus ke jalan biar gak kelewat lagi kopada-nya. Awalnya sih biasa aja tapi lama-kelamaan gue ngerasa bosan nunggu itu kopada yang kuning muncul. Gak tau kenapa warna kuning itu menurut gue menjijikan tapi khusus hari itu sangat gue dambakan warna kuning.
Mulai bete gue nunggu, berjalan lah seorang nenek tua. Iyalah tua, namanya juga nenek. Beliau melewati gue tapi kemudian berbalik dan berbicara tanpa gue pahami. Bahasa jawa. Gue gak ngerti. Pemahaman akan bahasa jawa gue jelek banget. Jadilah gue cuma mengangguk, dan sekedar menjawab 'iya' atau 'nggeh mbah nggeh'. 'Nggeh' itu dalam bahasa jawa artinya 'iya'
Kira-kira si mbah udah berbicara selama 5 menit tanpa gue pahami apa yang ia bicarakan. Lalu dia menyebut-nyebut kata 'mangewuuu' itu gue paham artinya lima ribu. Gue pikir dia ngasih tau harga kopada ke desa Somorejo itu 'mangewuuu' tapi kayaknya gue salah mengartikan. Karena si mbah ini selalu menyebutkan kata tadi, 'mangewuuu dek, mangewu wae dek'. Nah disitu lah gue berimprovisasi. Bukan bermaksud menghina tapi mungkin beliau ingin uang 'mangewu'. Jadi gue keluarin dompet, mencabut satu lembar lima ribuan dan memberi si mbah itu, dengan berharap pikiran gue bener dan si mbah gak tersinggung. Diterima nya uang gue itu dan lalu dia seperti memberi doa-doa kecil. Awalnya gue paham sih "mugi-mugi rezekine lancar dek" yang artinya "mudah-mudahan rezekinya lancar dek" tapi kesonoan-nya si mbah makin menggila dengan doa bahasa jawa nya. Akhinya gue cuma bisa jawab "nggeh mbah", "nggeh" sambil nyengir maksa. Akhirnya si mbah kembali jalan, tapi dia kembali lagi dan memberikan doa-doa tersebut yang dari kedengaran nya sama seperti doa sebelumnya. Mungkin tiga kali dia udah pergi ke arah jalan tapi kembali ke gue dengan doa versi jawa nya itu. Lama-lama betein juga nenek-nenek nih. Gue tetep senyum sih. Ya hargain si mbah aja, masa didoain gak mau. Ya walaupun gue ngerasa capek tapi setidaknya "keep smile".
Ketiga kali gue di serang dengan bahasa jawa dan ternyata itu yang terakhir. Gue menjawab sok-sok'an pake bahasa jawa "hatur nuhun mbah" dan gantian si mbah yang jawab "nggeeeeh". tapi 'nggeh' si mbah lebih panjang dari 'nggeh' gue.
Si mbah tadi pun tak terlihat dan kembali gue fokus ke kopada untuk sampai dirumah mbah gue di desa Somorejo. Capek banget.
Sekitar menunggu dengan total waktu 45 menit akhirnya si kuning kopada sampe dan gue melambaikan tangan. Hampir gue kelewat lagi tapi supir itu memundurkan kenadaraan nya. Gue naik dan duduk. Akhir nya bebas lagi dari serangan bahasa jawa si mbah. Gue mau tidur. Lelah
HAPPY ENDING CERITANYA~
Dari beberapa kejadian tetep ada hikmah bukan?. Ya walaupun gua udah di kasih mata yang berkedip-kedip dari seorang germo dan diajak ngobrol serta doa dari nenek berbahasa Jawa kental. Itu semua berwarna banget buat gua.
Dijalan pulang pun masih ada banyak hal yang menyebalkan, gak jelas dan banyak lagi, kayak; bangku bus yang rusak, kemacetan, penumpang depan gue yang ngeselin. Tapi dibalik semua itu ada hal lebih indah dari semua itu. Gue selamat sampai kembali dirumah dan acara Akad Nikah kakak perempuan gue berjalan lancar dan sudah langgeng menjadi Suami-Istri.
--Last Quote ajaa dari gue yaa--
"Jangan pernah kalian memaki perbedaan, karena tanpa nya dunia tanpa warna"
Sekian, Terima Kasih.
No comments:
Post a Comment